Undangan:

Mengundang Anda dalam Diskusi Terbuka: Kota dalam Dimensi Sejarah dengan Tema: Social Change In Indonesian Cities 1940s-1950s
Pembicara: Dr. Freek Colombijn (Leiden University-Belanda, Peneliti Sejarah Kota)
Moderator: Dahlia Gratia Setiyawan (Ph. D. Candidate) University of California USA, Dosen Tamu Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Surabaya
Hari     : Selasa, 16 Juni 2009
Pukul  : 09.00 WIB s.d selesai
Tempat: Ruang Sidang Lt. 2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya
Terbuka untuk Umum dan Tidak dipungut biaya.
Objek Penelitian Sejarah
Konsorsium kurikulum merekomendasikan bahwa belajar sejarah pada tingkat SD itu adalah menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa, mengenal para pahlawan nasional. Pada level pendidikan menengah pertama (SMP) materi pelajaran sejarah adalah mampu  menyebut dan menjelaskan tanggal dan tahun peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia seperti Proklamasi, Pahlawan Revolusi, Serangan Umum, dan sebagainya. Pada level SMU siswa dituntut untuk menambah pengetahuan sejarahnya selain menghafal, mereka harus mampu menjelaskan dan mendeskripsikan peristiwa sejarah yang besar-besar dan biasanya sejarah elite seperti hari Pahlawan, sejarah Supersemar, Makluman Presiden, Proklamasi, Pemberontakan PKI, Masa Perjuangan Kerajaan dan Pemberontakan PKI.

Anjuran belajar itu saat ini telah diperbaharui terutama pada level SMU dengan menambahkan pada aspek analisis pada tataran sederhana dengan mampu menjawab pertanyaan mengapa?. Kesulitan pada aspek ini adalah terbatasnya kemampuan guru, cara penyampaian dan tidak adanya buku standar serta lemahnya pemanfaatan lingkungan sekitar untuk mempelajari sejarah.

Lingkungan sebenarnya menjadi laboratorium paling lengkap untuk belajar sejarah, tidak harus membaca arsip berbahasa Belanda kalau itu kita bertempat tinggal di kawasann yang jauh dengan arsip atau jauh dengan pusat informasi. Di sekitar kita ada pemuka adat kampung yang mengetahui sejarah kampung, kapan kampung itu dihuni, bagaimana perkembangannya, kapan kampung mulai mendapat perhatian, kapan mulai diaspal, atas inisiatif siapa kampung dicomblok atau diaspal? Kejadian apa saja yang pernah terjadi di Kampung? Apakah pernah terjadi kriminalitas? Siapa yang melakukan, dan sebagainya?

Objek penelitian sejarah yang lain adalah sejarah sekolah kita, bagaimana dinamika dan perkembangan atau kemunduran dari sebuah institusi pendidikan. Sejarah pesantren dan sejarah penjara, sejarah kuburan, konflik tanah, sejarah kesenian, sejarah permukiman, dan bagaimana perubahan sosial terjadi di lingkungan kita? Selain itu, sejarah pemulung, tukang becak, angkutan kota, helitjak, tukang besi, sejarah keluarga, Biografi orangtua dan tetangga sendiri, para pejuang, sejarah percintaan dan sejarah PNS/Birokrasi di era Suharto serta masih banyak lagi.  Sejarah saat ini tidak lagi monoton hanya orang-orang besar saja. Komunitas dan masyrakat kecil juga berhak memiliki sejarahnya sendiri. Sumber penulisan bisa diambil dari catatan harian, koran, wawancara dengan pelaku, dan saksi mata terhadap peristiwa sejarah yang akan kita tulis.

Kalau demikian, seharusnya sejarah menjadi enak dinikmati dan dipelajari dengan tujuan akhir adalah memahaminya, bukan menghafalnya. Mengambil yang baik dan membuang yang buruk kalau itu menjadi pelajaran untuk perjalanan hidup kita. Tetapi, jika sejarah untuk penelitian harus dilakukan verifikasi data-data mana saja yang akan diambil, tentunya harus disesuaikan dengan tema penelitian. Objek sejarah cukup banyak. Apa saja yang ada di dunia ini pasti ada sejarahnya. Aktivitas masyarakat adalah lahan atau lapangan penelitian sejarah yang amat kompleks. Tidak benar sejarah sudah tidak memiliki lahan penelitian.

 
E. Catatan Akhir

            Belajar sejarah itu penting dan kita banyak mengetahui aspek kehidupan dan ilmu pengetahuan. Sejarah peradaban mampu menjawab persoalan masa kini seperti banjir terjadi karena saluran air yang tidak mencukupi dan perlakuan terhadap alam yang tidak benar. Untuk membangun kota yang aman ternyata harus dibentengi dan untuk memenuhi kebutuhan pangan ternyata harus melakukan kontak perdagangan dengan orang atau daerah lain.

            Warisan peradaban  yang masih survive seperti candi dan monumen perjuangan dibangun seharusnya diketahui sejarahnya oleh seluruh masyarakat untuk apa tugu, monumen, Museum, dan candi itu dibangun. Makna yang terkandung di balik benda budaya itu harus dipahami sebagai bagian penting dalam menuntun perjalanan sejarah bangsa. Symbol pemersatu rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan terus diajarkan pada generasi muda sehingga tidak lupa akan sejarah bangsanya.

Semangat patriotisme harus terus ”diperagakan” pada generasi muda melalui peringatan hari Proklamasi, Sumpah Pemuda, hari Pahlawan, dan sebagainya agar generasi muda tidak hanya mengingat Power Ranger, Satria Baja Hitam, Avatar, Naruto, Ultramen sebagai pahlawan pembela kebenaran. Mereka harus dikenalkan dengan para pemimpin negara, pahlawan negara, tokoh adat, agama, pahlawan lingkungan, pahlawan budaya, pahlawan devisa, pahlawan tanpa tanda jasa, dan sebagainya. Hal ini bisa membantu aspek kognitif dan motorik mereka dalam menghayati dan mencotoh perilaku para pejuang seperti yang dilakukan tentara Peta di Blitar, Polisi Istimewa di Surabaya, dan sebagainya.

 

SUMBER BACAAN

 

 A. Koran dan Internet

Kompas edisi Yogyakarta, 22 Maret 2006

Kompas,  November 2006.

Djoko Suryo, “Belajar dari Sejarah dan Humaniora” dalam www. fib.ugm.ac.id/sejarah diakses tanggal 20 Januari 2008.

 

B. Buku dan Makalah

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyrakat, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1987

-----------------, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1995

-----------------, Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2003

------------------, Penjelasan Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008 

Depdikbud, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur, Jakarta: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Depdikbud, 1977/1978

Depdikbud, Monumen Perjuangan Jawa Timur, Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisona dan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1986.

Siti Waridah Qomaruddin, ”Perkembangan Pendidikan Sejarah di Indonesia”, Makalah diskusi Pendidikan Sejarah di Era Pembangunan, 3-4 September 2004 di Yogyakarta.

Dudung Abdurrachman, ”Pendidikan Sejarah dan Generasi Muda”, Makalah diskusi Pendidikan Sejarah di Era Pembangunan, 3-4 September 2004 di Yogyakarta.

Aldilla Dhika Velarasi, ”Aku dan Pelajaran Sejarah” Makalah diskusi Pendidikan Sejarah di Era Pembangunan, 3-4 September 2004 di Yogyakarta.





website editing by Rabani Unair